Membangun Kampung Pintar Wawasan Jamu Untuk Maksimalkan Apotek Hidup
"Kepedulian terhadap jamu bisa datang dari berbagai pihak, termasuk para mahasiswa. Kapiwaja, Kampung Jamu Wawasan Jamu adalah program yang diinisiasi oleh lima orang mahasiswa dari UGM, Yogyakarta"Diterbitkan oleh : Farida - 26/09/2022 09:59 WIB
3 Menit baca.
Apotek hidup adalah sebuah taman atau kebun di dekat rumah yang isinya tanaman berkhasiat obat. Apotek hidup biasanya sengaja ditanam oleh pemilik rumah dengan tujuan jika ada anggota keluarga yang jatuh sakit sudah ada obat-obatan alami yang tersedia.
Sumber: thegorbalsla.com
Tanaman apotek hidup ada bermacam-macam, beberapa di antaranya adalah jahe, jeruk nipis, pegagan, temulawak, serai, kunyit, kencur, dan masih banyak lagi. Biasanya tanaman apotek hidup itu menjadi bahan baku untuk membuat obat-obatan herbal atau bahan pembuat jamu.
Mengenai masih adanya warga yang memiliki apotek hidup adalah sebuah tanda positif bahwa jamu masih menjadi alternatif pilihan untuk menjaga kesehatan. Melihat hal tersebut, lima mahasiswa UGM jurusan Farmasi berusaha untuk melakukan sebuah dorongan agar terwujud sebuah Kampung Pintar Wawasan Jamu (Kapiwaja).
Sumber: https://ugm.ac.id/
Adalah Pranadhia Mahirssa, Anisa Berliana Dian Aini, Husni Shofiana Ulfa, Orin Dwipoyanti, dan Dendi Dwiki Cahyanto. Kelima mahasiswa yang berinisiatif untuk menciptakan Kapiwaja. Tujuan mereka adalah untuk mengedukasi masyarakat tentang identifikasi tanaman obat serta pengolahan maupun manfaatnya.
Kegiatan yang dilaksanakan selama Maret hingga Agustus 2019 itu berfokus di sebuah desa bernama Kampung Ledok Tukangan, Danurejan, Kota Yogyakarta. Seperti dikutip dari laman resmi UGM, salah satu mahasiswa farmasi, Dendi, mengungkapkan masyarakat Kampung Ledok Tukangan masih minim informasi tentang tanaman herbal serta manfaatnya. Selain itu juga masih banyak informasi hoaks terkait kesehatan dan pengobatan.
Dendi menjelaskan, menurut keterangan apoteker RSUP Sardjito, setiap bulan ada pasien yang datang karena mendapatkan informasi salah tentang cara pengolahan dan pemanfaatan obat herbal dan jamu.
Berdasarkan kondisi tersebut Dendi dan keempat temannya ingin mewujudkan Kapiwaja di Kampung Ledok Tukangan. Harapannya, gerakan tersebut bisa menjadi salah satu solusi untuk mengedukasi warga tentang jamu dan juga bisa diintegrasikan dengan konsep pelopor wisata budaya jamu di Kampung Ledok Tukangan.
Sumber: kel-kemuning.banjarbarukota.go.id
Selama enam bulan, Dendi dan kawan-kawannya mengadakan serangkaian penyuluhan dan edukasi tentang jamu. Dendi menggaet paguyuban ibu-ibu senam di Kampung Ledok Tukangan untuk diberi penyuluhan dan edukasi tentang jamu terkait jenis tanaman dan khasiatnya.
Awalnya ibu-ibu senam diajari berbagai informasi tentang jamu. Tujuannya agar menjadi dasar pengetahuan yang tepat mengenai pengobatan herbal dan jamu. Setelah itu para peserta diajari cara meracik jamu sesuai dengan manfaatnya terhadap kesehatan.
Dalam pelatihan meracik jamu ini Dendi dan teman-temannya juga mengarahkan peserta ke ranah bisnis karena jamu yang berkualitas bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bukan tidak mungkin keterampilan membuat jamu bisa mengubah kehidupan para ibu-ibu di Kampung Ledok Tukangan.
Melalui materi pelatihan tersebut dibentuklah Kader Toga (tanaman obat keluarga) sebagai orang yang paham jenis-jenis dan fungsi tanaman apotek hidup. Selain Kader Toga, dibentuk juga Peracik Jamu sebagai orang yang paham cara meracik jamu dengan tepat dan sesuai dengan khasiat yang diharapkan.
Setelah dilaksanakan selama enam bulan, pelatihan tersebut ditutup dengan Festival Jamu dan Tanaman Herbal. Festival tersebut bertujuan untuk lebih memperluas informasi tentang jamu dan tanaman herbal kepada para pengunjung festival.
Selain itu, festival tersebut juga menjadi awal pengenalan Kampung Ledok Tukangan sebagai Kampung Pintar Wawasan Jamu.