Jamupedia

Kitab Mustikarasa Indonesia Bukti Nyata Keseriusan Soekarno Menggarap Sektor Pangan Indonesia

"Sudah sering kita ketahui bahwa makanan bukan urusan perut semata. Makanan kerapkali menjadi strategi untuk melancarkan urusan. Namun pernahkah Sobat terpikirkan bahwa makanan bisa menjadi strategi politik dan mewarnai derap perjuangan bangsa?"

Diterbitkan oleh : Windri Astuti  -  06/11/2024 08:36 WIB

0 Menit baca.

Mustikarasa merupakan kumpulan resep masakan Indonesia terlengkap dari Sabang sampai Merauke warisan Presiden Soekarno. Buku yang mulai disusun pada akhir tahun 1960-an ini diterbitkan pada masa gonjang-ganjing karena berdekatan dengan terjadinya Gerakan 30 September. Situasi yang pelik pada saat itu menyebabkan ‘kitab’ masakan ini diterbitkan secara terburu-buru mengejar moment saat Sokerano masih menjabat sebagai Presiden Indonesia.

Resep-resep yang tertulis dalam mustikarasa terbagi menjadi beberapa golongan: makanan utama, lauk pauk basah berkuah, tidak berkuah, gorengan, bakar-bakaran, sambal, sayur, juga minuman. Selain resep makanan, dibahas pula mengenai tata dapur yang baik, gizi, jajanan, dan serba-serbi tata boga lainnya.

Makanan menjadi bagian derap politik revolusi yang didengungkan oleh Soekarno sejak akhir 1950-an. Penyusunan mustikarasa bukan hanya untuk tujuan pendokumentasian kekaayan kuliner Indonesia saja. Lebih besar dari itu, tujuan penyususnan Mustikarasa juga sebagai member basis bagi politik pemertahanan pangan Indonesia. Buku yang memiliki 1207 halaman ini secara tidak langsung menunjukkan pemikiran dan keseriusan Sukarno dalam menggarap sektor pangan di Indonesia.

Siasat Soekarno di Meja Makan

Soekarno sudah menyadari arti pentingnya diplomasi di meja makan sejak ibu kota masih di Yogyakarta sampai kembali lagi ke Jakarta. Soekarno yang saat itu menjabat sebagai Presiden selalu ikut campur tangan dalam pengurusan acara tamu negara di istana, bahkan sampai ikut serta mengurusi hidangan yang akan disajikan. Ia selalu mewanti-wanti juru masak istana untuk tidak hanya menghidangkan makanan dan kudapan eropa saja kepada tamu asing. Ia menginstruksikan untuk menghidangkan makanan-makanan khas Indonesia seperti soto, gado-gado, klepon, dll. Soekarno selalu beranggapan bahwa makanan adalah urusan yang serius.

Politik Pangan Ala Soekarno

Menjelang akhir tahun 1950-an Indonesia melakukan impor beras dan angkanya terus naik, dari yang awalnya 350.000 ton menjadi 800.000 ton pada tahun 1959. Selain persediaan beras, Indonesia juga terancam kekurangan persediaan bahan-bahan makanan yang diperlukan untuk memperbaiki mutu pangan. Dengan latar belakang tersebut, Soekarno merasa perlu untuk mengambil langkah penyelesaian melalui politik pangan. Terlebih mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan memiliki keberagaman, harus ada pengenalan yang lebih luas mengenai macam-macam makanan serta pengolahannya.

Mustikarasa dan Kuasa Nasi

Soekarno menyimpan kegelisahan karena konsumsi nasi semakin tinggi di Indonesia. Ia kemudian memerintahkan Lembaga Teknologi Makanan untuk merealisasikan penyusunan Kookboek yang lengkap untuk seluruh masyarakat di wilayah Indonesia. Buku tersebut diharapkan menjadi buku petunjuk bagi rakyat Indonesia di daerah mana pun tentang bahan-bahan yang dapat menjadi makanan sehari-hari berbasis kekayaan lokal di setiap daerah. Soekarno ingin Indonesia berdiri di atas kaki sendiri untuk urusan pangan.