Cerita Liza Schulz Mengenalkan Jamu hingga Punya Komunitas Jamu di Eropa
Diterbitkan oleh : Newa - 14/05/2025 14:41 WIB
3 Menit baca.
Apa yang Sobat pikirkan ketika mendengar kata “jamu”? Minuman tradisional ini memang identik dengan Indonesia. Bahkan, Budaya Sehat Jamu telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia dari Indonesia tahun 2023 silam. Mereguk segelas jamu atau meracik jamu bersama keluarga sudah lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Banyak pegiat jamu Nusantara yang melakukan campaigne dan mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan melestarikan jamu. Namun, pernahkan Sobat terbersit bahwa ternyata ada komunitas jamu di Eropa?
sumber: LizaSchulz
Adalah Liza Johan Schulz atau yang kerap disapa dengan nama Liza Schulz, perempuan asal Sumatera yang aktif menjadi pegiat jamu di Jerman. Kisahnya menjadi ‘mbok jamu’ di Jerman berawal dari kerinduannya akan interaksi hangat dirinya dengan mbok jamu saat masih tinggal di Indonesia. Berbekal keyakinannya akan manfaat jamu, Liza tertarik untuk lebih mengenal dan mendalami tentang jamu.
Ia memulai perjalanannya dengan mempelajari jamu dari para pegiat jamu yang ada di tanah air. Pada tahun 2020, Liza mendirikan sebuah komunitas jamu bernama “Jamu Gendong in Germany“. Komunitas ini merupakan sebuah wadah yang didirikan guna mewadahi orang – orang yang memiliki ketertarikan terhadap jamu.
sumber: jamugendongingermany
Jamu Gendong in Germany bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyelenggarakan workshop dan kegiatan lainnya. Meski tidak memiliki struktur organisasi resmi, komunitas ini memiliki sekitar 900 anggota yang berasal dari para peserta workshop dan event lain yang telah diadakan selama kurun waktu 5 tahun ini.
Sejak didirikan, komunitas ini mendapatkan dukungan penuh dari KJRI Frankfurt dan KBRI Berlin. Bentuk dukungan secara langsung dari kedua lembaga tersebut dengan melibatkan Jamu Gendong in Germany dalam acara – acara resmi, event, workshop, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan budaya sehat jamu. Selain itu, Liza Schulz juga bekerja sama dengan para praktisi yoga, pegiat budaya, dan para pelajar di Jerman dalam mengenalkan jamu secara luas. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 50 event dan acara lain yang telah diselenggarakan oleh komunitas Jamu Gendong in Germany.
sumber: LizaSchulz
Dalam workshop yang diselenggarakan Jamu Gendong in Germany, Liza memang fokus mengenalkan dan mengajarkan pembuatan jamu tradisional, khususnya jamu gendong. Meski begitu, ia tidak hanya mengenalkan jamu yang dikonsumsi secara oral atau dengan cara diminum saja, tetapi juga mengajarkan tentang sediaan topikal dan pangan fungsional.
“Masih fokus memperkenalkan jamu tradisional, konteksnya jamu gendong. Di workshop yang kami adakan saya juga mengenalkan cara mengkonsumsi jamu secara modern, nggak melulu membuat jamu dalam bentuk minuman, ada juga sediaan topikal sama pangan fungsional.” Ujarnya dalam wawancara bersama Jamupedia.
Dalam usahanya memperkenalkan jamu di negeri orang, tentunya banyak tantangan yang dihadapi oleh Liza. Jamu menggunakan bahan – bahan lokal yang ada di Indonesia, sedangkan tanaman – tanaman yang dibutuhkan tidak semua dapat ditemui di Jerman. Begitu pun proses pembuatan jamu yang membutuhkan tahap – tahap tertentu berbanding terbalik dengan pandangan orang Jerman yang mempertimbangkan kepraktisan penggunaan. Tentunya Liza harus menyusun strategi tersendiri agar jamu dapat membaur dengan lifestyle masyarakat Jerman.
“Yang paling menguntungkan adalah konsep hidup zero waste yang dipegang orang Jerman. Persentase pegiat zero waste sangat tinggi, karena itulah selain mengajarkan cara membuat jamu saya juga mengajarkan cara mengolah limbah bahan jamu menjadi bahan makanan lain, contohnya mengolah sisa parutan kunyit menjadi pepes.” jelasnya.
Di samping itu, orang Jerman juga sudah akrab dengan pengobatan tradisional setempat, hal ini semakin memberikan peluang bagi jamu untuk terus berkembang di Jerman.
“Orang jerman juga menggunakan herbal sebagai pengobatan, dan hal tersebut dipelajari di perguruan tinggi. Ada diploma yang khusus mempelajari pengobatan tradisional, mereka menggunakan tanaman obat dari berbagai penjuru dunia, ada yang dari Indonesia juga. Profesi pengobat tradisional di sini disebut Heilpraktiker (praktisi alternatif) dan di cover oleh asuransi kesehatan setempat. Namun kedudukan Heilpraktiker berbeda dengan dokter, serta persentase penggunaan Heilpraktiker tidak sebanyak pengobatan konvensional, sebelum memberikan obat herbal kepada pasiennya para Heilpraktiker ini harus membuktikan kalau terapi yang mereka berikan tidak menimbulkan efek samping”. Tambahnya dalam sesi wawancara.
sumber: LizaSchulz
Sudah lebih dari 4 tahun komunitas Jamu Gendong in Germany didirikan dan mendapatkan respon positif dari masyarakat setempat. Penetapan jamu menjadi Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tahun 2023 silam turut memperkuat nama jamu di ranah global. Liza berharap jamu semakin dikenal dan dilestarikan oleh seluruh kalangan, budaya minum jamu tidak boleh pudar. Ia berharap dapat mengembangkan jamu center sebagai pusat informasi dan pelestarian jamu.