Jamupedia

Bukan Hanya Ada di Indonesia, Kerokan Tersebar di Berbagai Negara

"Masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, memiliki metode pengobatan tradisional yang dikenal dengan istilah kerokan. Metode pengobatan tradisional ini sudah ada sejak dulu dan diwariskan secara turun menurun. Menariknya, metode pengobatan yang hampir sama dengan kerokan ditemukan juga di berbagai negara di dunia"

Diterbitkan oleh : Farida  -  11/01/2025 16:59 WIB

3 Menit baca.

Sejak dulu kerokan sudah menjadi kearifan lokal masyarakat Indonesia dalam hal kesehatan dan pengobatan. Bisa dibilang kerokan adalah pengobatan andalan yang menjadi pertolongan pertama saat tubuh sedang masuk angin. Masyarakat Indonesia, baik di desa maupun di kota, cukup akrab dengan terapi penyembuhan ini.

Sumber: portalkudus.pikiran-rakyat.com

Kerokan diyakini mampu menyembuhkan keluhan kesehatan ringan, seperti masuk angin, flu, atau perut kembung. Tidak diketahui secara pasti kapan kerokan mulai dilakukan oleh masyarakat kita, terapi ini sudah ada sejak dulu dan diwariskan secara turun temurun.

Kerokan (atau disebut juga kerikan) biasanya menggunakan alat bantu benda tumpul sebagai alat gores. Alat kerokan bisa terbuat dari bebatuan alam, batok kelapa, atau uang koin. Ujung tumpul di alat-alat tersebut berfungsi untuk menggores kulit, biasanya punggung, agar tidak menyebabkan luka sobek.

Sumber: www.halodoc.com

Efek Kerokan

Banyak orang menyukai kerokan saat masuk angin karena ada efek nyaman dan segar setelah kerokan. Hal tersebut bukanlah mitos belaka. Laman Halodoc menjelaskan kerokan bisa memicu produksi endorfin yang merupakan morfin alami pada tubuh, sehingga menghilangkan rasa sakit.

Kerokan juga dapat melebarkan pembuluh darah. Saat dikerok, sel-sel darah merah dan oksigen lebih mudah untuk beredar ke seluruh tubuh. Efeknya tubuh menjadi segar.

Selain itu, kerokan akan menekan produksi prostaglandin, sebuah asam lemak yang membuat tubuh nyeri. Berkurangnya prostaglandin memberikan efek tubuh menjadi lebih segar bugar.

Kerokan Dari Berbagai Negara

Pengobatan tradisional kerokan tidak hanya dilakukan oleh orang Indonesia. Negara tetangga seperti Tiongkok, Vietnam, dan Kamboja juga memiliki pengobatan tradisional yang mirip dengan kerokan.

Di Tiongkok kerokan disebut dengan Gua Sha. Alat yang digunakan biasanya adalah batu jade, tanduk kerbau, hingga sendok sup. Biasanya alat Gua Sha sudah ditempa terlebih dahulu dan digunakan berkali-kali sehingga cocok dengan kebiasaan pengguna. Karena itu, ada banyak sekali bentuk-bentuk alat Gua Sha.

Sumber: https://www.klikdokter.com/

Jika kerokan cenderung dilakukan untuk menyembuhkan masuk angin, Gua Sha dilakukan untuk lebih banyak keperluan kesehatan. Dikutip dari laman Health Kompas, Gua Sha dilakukan untuk meningkatkan imun tubuh. Selain itu Gua Sha juga dipercaya mampu meringankan nyeri otot persendian. Sebuah riset pada 2017 menunjukkan bahwa Gua Sha bisa mempercepat penyembuhan otot para altet angkat besi.

Jika di Indonesia kerokan bisa dibilang hanya untuk punggung, Gua Sha ada yang dilakukan untuk perawatan wajah. Guasha untuk kecantikan biasanya menggunakan batu alam atau giok yang dipercaya baik untuk kecantikan dan kesehatan kulit wajah.

Sumber: loaskin.com

Di Vietnam pengobatan tradisional mirip kerokan disebut dengan Cao Gio. Dikutip dari jurnal Cao Gio (Coin Rubbing): Vietnamese Attitudes Toward Health Care, dijelaskan bahwa Cao Gio adalah praktik pengobatan tradisional dengan cara menggosok kulit dengan koin.

Dari pengertian tersebut Cao Gio bisa dibilang lebih mirip dengan kerokan di Indonesia daripada Gua Sha. Cao Gio juga dilakukan untuk menyembuhkan keluhan seperti masuk angin, pegal-pegal, atau kecapaian.

Di Kamboja kerokan disebut dengan Goh Kyol yang dalam bahasa Inggris disebut dengan rubbing the wind atau menggosok angin. Kata kyol berarti penyakit angin atau kita kerap menyebutnya dengan masuk angin.

Tidak banyak referensi? yang membahas tentang Goh Kyol, praktik Goh Kyol sangat mirip dengan kerokan yang biasa kita lakukan di Indonesia.

Kerokan atau apapun penyebutannya di berbagai negara, hingga kini masih eksis. Kebiasaan ini bahkan sudah menyebar hingga Eropa dan Amerika melalui orang-orang keturunan Asia yang tinggal di sana.