Tradisi Gentong Padasan Nenek Moyang, Apa Sih Fungsinya?
"Padasan adalah tempayan dari tanah liat yang biasa diisi air dan berfungsi untuk mencuci tangan. Orang-orang zaman dahulu kerap menaruh padasan di depan rumah mereka. Kebiasaan ini bahkan pernah menjadi salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam "Diterbitkan oleh : Farida - 17/05/2022 08:23 WIB
3 Menit baca.
Siapa di antara teman-teman yang saat mudik ke rumah nenek sering melihat gentong tanah liat di depan rumah? Itulah yang disebut padasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan padasan sebagai tempayan yang diberi lubang pancuran (tempat air wudu). Secara umum, padasan bukan hanya sebagai tempat air wudu, tetapi lebih ke tempat mencuci tangan, kaki, dan wajah.
Sumber: koranpeneleh.id
Asal Usul Padasan
Belum diketahui secara pasti, kapan dan siapa pemrakarsa penggunaan padasan di bumi Nusantara. Hanya saja, kebiasaan ini bisa dibilang sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.
Salah satu sumber yang membahas tentang benda mirip padasan adalah buku Kiriman Catatan Praktik Buddhadharman dari Lautan Selatan karya Yi Jing. Buku tersebut mengungkapkan ada kebiasaan membersihkan diri dari para biksu yang hidup di zaman Kerajaan Sriwijaya (650 M-1377 M).
Sumber: www.slideshare.net
Dikutip dari era.id yang merangkum buku karya Yi Jing, diungkapkan para biksu di zaman Kerajaan Sriwijaya menggunakan dua kendi untuk menyimpan air. Kendi tersebut berhubungan dengan aturan pembersihan diri. Aktivitas membersihkan diri ini meliputi mencuci tangan, membersihkan tubuh, serta mengonsumsi makanan sehat.
Dari informasi tersebut mungkin memang benar, padasan sudah ada di Nusantara sejak ratusan tahun yang lalu. Hal-hal seperti mencuci tangan dengan air mengalir memang sudah dilakukan masyarakat sejak dulu kala.
Kebiasaan Padasan di Tanah Jawa
Para penduduk di pedesaan tanah Jawa kerap menaruh padasan di depan rumah mereka. Hal ini sudah menjadi seperti kebutuhan masing-masing orang. Setiap pagi mereka mengisi penuh padasan di depan rumah agar bisa digunakan selama satu hari.
Sumber: jogja.suara.com
Biasanya padasan berupa gentong dari tanah liat yang di bagian perut gentong bagian pinggir bawah dilubangi untuk pancuran air. Pancuran biasanya ditutup dengan batang pohon hingga dengan potongan sandal. Ada juga yang menaruh gayung dari batok kelapa di padasan mereka.
Padasan ini digunakan baik oleh pemilik rumah atau orang lain yang akan bertamu. Padasan digunakan pemilik rumah untuk mencuci tangan, kaki, dan muka setelah seharian bekerja di luar rumah. Para tamu juga biasa melakukan hal tersebut dengan tujuan, bertamu dalam keadaan bersih, tidak membawa bakteri atau virus penyakit.
Padasan Untuk Penyebaran Agama Islam
Selain ada di rumah-rumah warga, padasan juga kerap ada di musala atau masjid-masjid di pedesaan. Hal tersebut lambat laun membuat kesan bahwa padasan adalah tempat wudu. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan apa yang pernah dilakukan Sunan Kudus.
Dikutip dari era.id, buku Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka karya Sri Mulyati (2006), mengungkapkan bahwa Sunan Kudus pernah membuat padasan dengan delapan pancuran.
Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id
Hal tersebut dilakukan untuk berasimiliasi dengan budaya Hindu dan Buddha yang sudah ada sebelumnya. Dahulu ada ajaran bernama Asta Sanghika Marga atau Jalan Berlipat Delapan. Jumlah pancuran padasan itu dimaksudkan sebagai delapan jalan kebajikan untuk membersihkan diri.
Seiring berjalannya waktu, padasan selain untuk sarana membersihkan tubuh di depan rumah, juga dianggap sebagai padasan tempat wudu. Seiring berubahnya zaman, padasan tanah liat memang semakin berkurang, namun konsepnya masih abadi. Kini, banyak berbagai bentuk penampungan air yang berfungsi untuk membersihkan diri atau menyucikan diri.