Jamupedia

Merunut Sejarah Jamu

"Akhir-akhir ini jamu sering menjadi perbincangan hangat. Beberapa jenis jamu disebut-sebut mampu untuk membantu membentengi tubuh dari ancaman virus Corona. Berbondong-bondong orang membeli dan mengonsumsi jamu. Padahal, jika kita menengok sejarah leluhur, khasiat jamu telah dirasakan sejak sebelum tahun 1600 lalu. "

Diterbitkan oleh : administrator  -  10/05/2020 17:02 WIB

2 Menit baca.

Asal usul dan perkembangan jamu tidak sepenuhnya diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan tidak ada dokumentasi tentang perkembangan awal pengetahuan dan obat-obatan tradisional atau jamu. Asal usul atau segala cerita terkait dengan pemanfaatan jamu oleh generasi terdahulu diwariskan secara lisan (dari mulut-ke mulut) oleh orang tua kepada anaknya, dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya. Namun, secara umum proses perkembangan jamu dapat dibagi dalam lima periode. 

1. Masa Prasejarah 

Penyakit yang diderita oleh manusia purba beraneka ragam, meskipun bukti-bukti yang diperoleh hanya dari tulang dan gigi. Jumlah Pithecanthropus pada masa ini terlalu kecil untuk penarikan kesimpulan mengenai penggunaan  biomedisin sebagai terapi penyembuhan. Studi tentang penggunaan biomedisin lebih pada penelitian fosil feses dan sampah dapur. 

2. Masa Sebelum Kolonial (Sebelum tahun 1600) 

Bukti paling awal mengenai penggunaan tanaman secara internal (oral) dan eksternal (topikal) ditemukan pada abad ke-8. Pada dinding Candi Borobudur terdapat relief pohon Kalpataru, yakni pohon mitologis yang melambangkan ‘kehidupan abadi’. Di bawah pohon terdapat relief orang menghancurkan bahan-bahan untuk pembuatan jamu. Ditemukan juga relief perempuan sedang mencampur tanaman untuk pemulihan dan perawatan tubuh. Dokumen lain ditemukan di Bali, ditulis pada daun lontar kering. Pada umumnya bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta atau bahasa Jawa Kuna. Sebagai contoh, istilah usada atau usadi ditemukan pada Kitab Kakawin Ramayana ( 898-910 M). 

3. Masa Kolonial 

Penggunaan jamu terdokumentasi dalam serat dan primbon yang merupakan ‘kitab’ pengobatan Jawa. Salah satu yang terkenal adalah Serat Centhini atau Suluk Tembangraras yang didokumentasikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara III, Pangeran Sunan Pakubuwana IV (1788-1820 M). Selain itu terdapat pula naskah kuno yang menceritakan tentang tanaman obat Jawa seperti pada Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi (1831), Serat Wulang Wanita  (Pakubuwana IX),  dan lain-lain. 

4. Masa Penjajahan Jepang 

Seminar tentang jamu pertama diselenggarakan di Solo pada tahun 1940, diikuti dengan pembentukan panitia jamu. Panitia bertugas mengimbau para pengusaha jamu untuk secara sukarela mendaftarkan resep pribadi untuk diperiksa dan dinilai oleh Jawatan Kesehatan Rakyat. Pada akhirnya tahun 1944, diumumkan beberapa tanaman obat terpilih pada harian Asia Raya. Beberapa tanaman terpilih tersebut antara lain biji kopi, daun papaya, daun sirih, bunga belimbing wuluh, dll.  

5. Masa Kemerdekaan 

Presiden Soekarno memberikan perhatian cukup besar pada perkembangan obat tradisional. Penelitian-penelitian tentang tanaman obat mulai banyak dilakukan. Pemerintah membentuk lembaga farmakoterapi yang bertugas untuk menyelidiki tanaman berkhasiat, membangun Hortus Medicus di Tawangmangu, dan melakukan penelitian terhadap jamu. Dokumentasi dan penelitian terhadap berbagai jenis tanaman obat semakin digalakkan oleh berbagai pihak. 

 

Daftar Pustaka:

The Power of Jamu yang ditulis oleh Dr. Martha Tilaar dan Prof. Dr. Ir.  Bernard T. Wijaya, MM. 

 

Artikel Terkait: 

Awal Mula Jamu Gendong

Tak Banyak Diketahui Orang, Berikut Fakta Menarik dari Jamu Gendong

Begini  Idealnya Minum Jamu Gendong