Jamupedia

Perkembangan Pengobatan Alternatif Aromaterapi Dalam Peradaban Islam

"Sebelum diteliti ilmuwan barat, aromaterapi sebagai pengobatan alternatif sudah diteliti dan berkembang di antara ilmuwan-ilmuwan Islam. Para ilmuwan islam sudah menemukan alat penyulingan untuk memproduksi minyak esensial. Bahkan tak sedikit ilmuwan Eropa mengakui jasa-jasa ilmuwan Islam dalam hal aromaterapi"

Diterbitkan oleh : Farida  -  20/06/2022 09:54 WIB

3 Menit baca.

Pengobatan alternatif menggunakan aromaterapi sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Kebanyakan referensi yang ada mengungkap bahwa perkembangan aromaterapi dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan asal Eropa. Padahal, jauh sebelum berkembang di Eropa, aromaterapi sudah dikembangkan dan digunakan ilmuwan-ilmuwan Islam.

Sumber: islamtoday.id

Dikutip dari kumparan.com, pengobatan alternatif aromaterapi sudah mulai dikembangkan oleh ilmuwan Islam pada abad ke-7 masehi. Pada waktu itu, sudah banyak ahli kimia beragama Islam yang berupaya mengekstrak saripati tumbuhan.

Hasilnya pada abad ke-9 masehi, ahli kimia bernama Yakub Al-Kindi menerbitkan buku yang dalam bahasa Inggris berjudul Perfume Chemistry and Distillation. Dalam buku tersebut dibahas kemampuan sang ahli kimia menciptakan berbagai jenis minyak esensial.

Sumber: www.zbrushcentral.com

Dijelaskan di laman sacredtreetraditions.com, dalam bukunya tersebut, Al- Kindi menuliskan lebih dari 100 resep minyak wangi, air aromatik, dan beberapa pengganti untuk obat-obatan. Selain itu juga dijelaskan 107 metode untuk membuat parfum aromaterapi.

Ahli sejarah barat, Marlene Ericken pernah mengafirmasi bahwa peradaban Islam merupakan pelopor dan perintis aromaterapi modern. Menurut Marlene, penyulingan uap air pertama kali ditemukan oleh Ibnu Sina, dokter muslim terkemuka pada zamannya.

Sumber: darunnajah.com

Ibnu Sina menciptakan sistem pipa melingkar yang dalam prosesnya menghasilkan uap air dari tanaman, Kemudian uap tersebut didinginkan secara lebih efektif. Menggunakan alat tersebut, konsentrasi minyak esensial lebih mudah untuk diambil.

Selain Ibnu Sina, Jabir Ibnu Hayyan juga menciptakan teknologi penyulingan minyak esensial dari berbagai tumbuhan dan bunga.

Pada abad ke-13 Masehi, seorang dokter muslim bernama Al-Samarqandi mulai mengembangkan aromaterapi sebagai pengobatan. Al-Samarqandi melakukan berbagai praktik pengobatan mulai dari mandi aromatik, bubuk aromatik, hingga menggunakan uap dengan wewangian dari berbagai bunga. Al- Samarqandi dikenal mampu mengobati Infeksi telinga dan sinusitis menggunakan aromaterapi.

Di masa-masa kejayaan Islam, Ibnu al-Baitar (1188-1248), seorang ilmuwan dan botani mengabadikan ribuan tanaman, makanan, dan obat. Bahkan al-Baitar mampu menjelaskan informasi kandungan kimia secara detail pada air bunga mawar dan air jeruk. 

Berdasarkan informasi al-Baitar, waktu itu sudah ada teknologi untuk membuat shurub (sekarang biasa disebut sirup). Bahan-bahan yang digunakan mirip saat akan membuat minyak esensial, mulai dari bunga dan tanaman.

Pengobatan Aromaterapi Masa Kini

Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, bisa dibilang peradaban Islam menjadi salah satu peradaban yang turut mengembangkan dan membentuk keilmuan tentang penggunaan herbal, khususnya untuk aromaterapi.

Sumber: herstory.co.id

Menurut laman stadlerform.com, aromaterapi kini dianggap sebagai phytotherapy atau penyembuhan menggunakan tanaman. Aroma terapi dipercaya mampu meningkatkan kebugaran dan menyembuhkan penyakit.

Selama kurang lebih 30 tahun terakhir, pengobatan aromaterapi mengalami peningkatan popularitas karena banyak riset ilmiah yang membuktikan efektivitas manfaat dari aromaterapi. Selain itu, berbeda dengan zaman dahulu di mana aromaterapi cenderung untuk kalangan bangsawan, kini hampir semua orang bisa mengakses aromaterapi sehingga penggunanya semakin banyak.

Kini aromaterapi lebih populer dianggap sebagai sebuah cara memperbaiki kebugaran tubuh. Alat-alat kekinian seperti nebulizer, difuser, hingga lilin aromaterapi biasa digunakan untuk relaksasi, memperbaiki kualitas tidur, melegakan pernapasan, mengurangi rasa mual, hingga meredakan nyeri.