Jamupedia

Paguyuban Jamu Gendong Kartini, Iniasiasi Inovasi Demi Kemajuan Bersama

"Penjual jamu gendong di Desa Karangrejo diajarkan untuk lebih memanfaatkan media digital dalam proses penjualan. Para penjual jamu gendong diajarkan untuk memaksimalkan Whatsapp, dan membuat akun e-commerce. Hal-hal tersebut diharapkan bisa memperluas jangkauan konsumen jamu dari Desa Karangrejo"

Diterbitkan oleh : Farida  -  09/08/2022 13:19 WIB

3 Menit baca.

Sentra jamu di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur harus berinovasi untuk memperluas jangkauan produk jamu mereka. Urgensi perubahan ini didorong oleh kemajuan zaman dan kondisi pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Paguyuban Jamu Gendong Kartini menggandeng pemerintah dan pakar untuk melakukan inovasi bersama seluruh pedagang jamu gendong di Desa Karangrejo.

https://www.malangtimes.com/

Jamu gendong adalah sebutan bagi seseorang yang menjual jamu tradisional dengan cara membawa bakul yang digendong. Umumnya, penjual jamu gendong adalah perempuan. Seiring perubahan zaman, penjual jamu tetap disebut sebagai jamu gendong meskipun tidak menjajakan jamu dengan cara digendong. Ada yang menggunakan sepeda kayuh, sepeda motor, atau gerobak dorong.

Desa Karangrejo sudah lama dikenal sebagai sentra jamu di Malang. Salah satu tanda yang menunjukkan hal tersebut adalah patung penjual jamu gendong yang ada di awal masuk areal Desa Karangrejo.

Sebagai sebuah sentra jamu yang berjalan turun-temurun, penjual jamu gendong di Desa Karangrejo memproduksi jamu dengan cara tradisional dan menjualnya pun secara konvensional. Cara tersebut sebenarnya sudah kurang efektif apabila dibenturkan dengan kemajuan teknologi. Terlebih lagi kondisi pandemi sangat membatasi mobilitas penjual jamu gendong

Sumber: https://paguyubanjamu.blogspot.com

Tantangan para penjual jamu gendong ini dilihat oleh Khoriyah Trianti dan timnya saat menyusun jurnal Meningkatkan keawetan Jamu Tradisional Sebagai Upaya Optimalisasi Produk Unggulan Desa Karangrejo. Dalam jurnal tersebut, Khoiriyah menggandeng Paguyuban Jamu Gendong Kartini untuk melakukan inovasi kepada penjual jamu gendong.

Dikutip dari jurnal yang terbit pada Juli 2021 itu, setidaknya ada 150 penjual jamu gendong di Desa Karangrejo yang dikoordinasi oleh Paguyuban Jamu Gendong Kartini. Hampir semuanya memproduksi jamu secara tradisional.

https://id.worldorgs.com/

Permasalahan Penjual Jamu Gendong

Permasalahan yang dialami penjual jamu gendong di Desa Karangrejo antara lain  jamu yang belum memiliki umur simpan cukup panjang. Jamu cair yang dibuat biasanya hanya tahan 2 hingga 4 hari.

Kondisi pandemi di mana mobilitas sempat dibatasi dan orang-orang diperintahkan untuk menghindari kerumunan menjadi permasalahan lain bagi penjual jamu gendong. Mereka sempat tak biasa berjualan seperti biasa karena banyak pembatasan yang diberlakukan pemerintah.

Selain itu belum adanya pengemasan yang bagus juga memberikan andil kurangnya minat konsumen terhadap produk jamu dari Desa Karangrejo. Bahkan masih ada penjual jamu gendong yang menggunakan botol plastik bekas untuk menjual jamunya.

Inovasi Peguyuban Jamu Gendong Kartini

Setelah memahami bentuk-bentuk permasalahan yang ada, akhirnya Paguyuban Jamu Gendong Kartini didampingi Khoiriyah dan timnya bersama-sama melakukan beberapa inovasi. Pertama para penjual jamu gendong diberi pengarahan terkait packaging yang lebih modern. Mereka juga diberi pengarahan tentang pemberian label dalam produk masing-masing.

Setelah itu pengarahan membuat jamu dari produk cair menjadi jamu bubuk. Varian alternatif ini diharapkan bisa menambah minat pembeli karena jamu serbuk bisa disimpan lebih lama daripada jamu cair.

Setelah berfokus pada produk, pengarahan pun menyentuh aspek pemasaran. Penjual jamu gendong di Desa Karangrejo diajarkan untuk lebih memanfaatkan media digital dalam proses penjualan. Para penjual jamu gendong diajarkan untuk memaksimalkan Whatsapp dan membuat akun e-commerce. Hal-hal tersebut diharapkan bisa memperluas jangkauan konsumen jamu dari Desa Karangrejo.