Merekam sang Legenda: Dari Patah Hati hingga Tumbuhkan Empati
Diterbitkan oleh : Kurnia HD - 06/05/2020 10:56 WIB
3 Menit baca.
Siapa yang tak mengenal Didi Kempot? Musisi yang memiliki nama asli Didi Prasetyo ini merintis karir dari nol sebagai seorang musisi jalanan. Darah seniman yang mengalir padanya melahirkan karya-karya monumental yang hidup di hati banyak orang. Konsistensinya menggarap lagu-lagu campursari membuktikan kecintaannya pada budaya Jawa. Lagu-lagunya, Sewu Kutho, Layang Kangen, Stasiun Balapan, Cidro, yang sering kita dengar hanyalah beberapa dari 800-an lagu yang telah diciptakannya.
Sumber: mediaindonesia.com
Godfather of Broken Heart
Maestro campursari yang belakangan dikenal sebagai godfather of broken heart ini menjadi idola baru anak muda. Selama ini lagu-lagu yang booming dari sang maestro adalah lagu-lagu dengan nuansa patah hati yang menyayat hati. Ya, mengenang Didi Kempot adalah mengenang air mata yang bisa dinikmati dengan cara berbeda. Barangkali hanya Didi Kempot yang bisa menciptakan lagu-lagu yang lekat dengan kesedihan dan air mata, tetapi bisa dinikmati sembari nglaras. Didi Kempot seperti sebuah anomali yang membuat campursari dan patah hati menjadi sangat dinikmati. Penggemarnya, yang menamakan diri sobat ambyar sebagian besarnya adalah anak muda. Sad boys dan sad girls yang memenuhi setiap konser Didi Kempot adalah sebuah fenomena baru yang menunjukkan bahwa anak muda bangga dengan musik tradisional yang menjadi budaya bangsa.
Tak Hanya Lagu Galau
Di antara lagu-lagu ambyar yang booming dari sang maestro, tahukah sobat, Didi Kempot juga menciptakan lagu yang merekam budaya jamu di kalangan masyarakat Indonesia. Melalui lagu berjudul Jamu Jawa, Didi Kempot mengingatkan bahwa jamu adalah obat yang memiliki banyak khasiat.
Ngombe jamu gathuk-e dicampur madu
Pegel linu kanggo tombo boyok ngilu
Jamu jowo pancen cespleng khasiate
Wong loro mesti ono tambane
Pancen pait rasane wong ngombe jamu
Senajan pait kuwi mung sawetoro
Mbakyu jamu jo lali gulo aseme
Kanggo ngilangi roso paite
Melalui lagu tersebut Didi Kempot ingin mengingatkan bahwa pahitnya jamu hanya sesaat. Gula asem menjadi penawar yang menghilangkan pahitnya jamu. Lagu ini mengandung pesan, jamu memang pahit tetapi menyembuhkan. Didi kempot adalah salah satu #generasiberanipahit. Dalam kehidupan nyata, perjalanan hidupnya berawal dari kepahitan. Perjuangannya hingga pada pencapaian hari ini adalah sebuah usaha yang tak mengenal lelah. Bahkan ketika ia berada pada posisi puncak karirnya, Didi Kempot tak pernah kehilangan rasa empati.
Empati pada Masalah Negeri
Indonesia sedang berduka karena pandemi Corona. Sebagai musisi, Didi Kempot tak tinggal diam, ia juga ikut ambil peran. Kepeduliannya pada negeri diwujudkan dalam konser amal yang dilaksanakan untuk menggalang donasi untuk membantu masyarakat yang terdampak Corona. Konser amal yang disiarkan oleh Kompas TV tersebut berhasil menggalang donasi hingga miliaran rupiah. Kondisi Pandemi di tengah suasana ramadhan dan lebaran juga mendorong Didi Kempot untuk membantu kampanye pemerintah agar masyarakat tidak mudik. Lagu Ojo Mudik, menjadi lagu terakhir ciptaannya sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Selamat jalan Sang legenda, karya dan dedikasimu abadi di hati kami.