Jamupedia

Menilik Transformasi Sejarah B2P2TOOT

"Melihat hamparan kebun tanaman obat dan jamu yang terbentang luas dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang mendukung proses hulu hingga hilir, terbersitkah pertanyaan di hati Sobat bagaimana dulu sejarah awal B2P2TOOT? Proses seperti apa yang telah dilalui lembaga ini sebelum akhirnya menjadi satu-satunya lembaga ujung tombak Kemenkes di bidang penelitian tanaman obat dan jamu? Mari kita telusuri sejarah B2P2TOOT! "

Diterbitkan oleh : Kurnia HD  -  20/05/2020 21:48 WIB

3 Menit baca.

Jauh sebelum bertransformasi menjadi B2P2TOOT, dulunya adalah kebun tanaman obat koleksi salah seorang ahli botani Belanda. Seseorang yang berjasa dalam mengelola kebun tersebut adalah R.M Santoso Suryokusumo. Dengan semangat, kecintaan, dan bekal ilmu yang dimiliki, beliau menjaga dan merawat tanaman obat di lahan yang terletak pada ketinggian 1.150 mdpl di kaki Gunung Lawu tersebut. 

Demi menjaga aset yang sangat berharga tersebut, R.M. Santoso memutuskan menghibahkannya kepada negara. Kebun ini kemudian disahkan secara resmi oleh pemerintah Indonesia. Sejak 1948, kebun tanaman obat dikelola pemerintah melalui lembaga Eijkman dan dinamai Hortus Medicus Tawangmangu. Lembaga Eijkman sendiri adalah lembaga penelitian biologi molekuler berstatus satuan kerja di bawah naungan Kemeterian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI). 

Sumber gambar: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id/

“Sebelum bertransformasi menjadi B2P2TOOT memang ada sejarah panjang  mulai dari kebun tanaman obat itu. Dulu ada ahli botani dari Belanda yang membuat kebun tanaman obat dan mengoleksinya. Berawal dari zaman penjajahan kemudian di awal-awal kemerdekaan diambil  penelitian Indonesia. Jadi yang awalnya berasal dari kebun tanaman obat kemudian di situ ada seseorang yang bernama R.M Santoso Suryokusumo yang mengelola tanaman obat tadi. Kemudian lanjut jadi disahkan ke pemerintah secara resmi, yang pertama dulu pernah dikelola oleh Lembaga Eijkman kemudian diserahkan ke lembaga kesehatan” Terang Akhmad Saikhu. 

Sumber gambar: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id/

R.M Santoso Suryokusumo dianggap sebagai pendiri karena ialah yang merintis kebun. Beliau kemudian dibantu oleh Prof. Dr. Sutarman pendiri dan pemimpin laboratorium darurat Klaten. R.M. Santoso sendiri merupakan putra Bupati Kebumen yang menuntut Ilmu Farmasi di Belanda dengan mengambil kepakaran tentang tanaman obat. Ia adalah sosok yang sangat peduli dengan tanaman obat yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Beliau juga merupakan tentara yang bergerilya dari suatu tempat ke tempat lain dan kebetulan singgah di Tawangmangu dan menemukan kebun peninggalan Belanda ini. 

Pergantian lembaga pengelola Hortus Medicus terjadi beberapa kali. Pada Bulan April 1978, diterbitkan Kepmenkes Nomor 149 tahun 1978 yang mentransformasikan kebun koleksi tanaman obat menjadi institusi riset bernama Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) sebagai UPT di bawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Tugas utama BPTO adalah menyelenggarakan riset tanaman obat meliputi eksplorasi, adaptasi, dan budidaya tanaman obat, serta uji fitokimia tanaman obat. 

Pada Juli 2006 diterbitkan Permenkes Nomor 491 tahun 2006 yang meningkatkan status kelembagaan BPTO menjadi Balai Besar Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Seiring perubahan status ini, lingkup tugas pokoknya pun meningkat sebagai lembaga riset dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 

“Milestone B2P2TOOT adalah Balai Besar Penelitian Tanaman Obat  atau biasa disingkat BPTO (sejak 1978). Kemudian karena fungsinya berkembang, B2P2TOOT dari yang awalnya tanaman obat menjadi obat tradisional, area penelitian juga bertambah, BPTO berubah menjadi balai besar hingga saat ini” Ungkap Akhmad Saikhu.

Sumber gambar: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id/