Jamupedia

Sinergi Pengobatan Tradisional dan Modern di Klinik Hortus Medicus

"Hal yang selama ini banyak dipertentangkan, ternyata bisa berjalan beriringan. Prinsipnya adalah sesuai kebutuhan. Dalam pengobatan, kita tidak sedang mencari mana yang benar dan salah, kita mencari kebaikan untuk kesembuhan pasien"

Diterbitkan oleh : Kurnia HD  -  20/05/2020 22:03 WIB

5 Menit baca.

Salah satu fasilitas yang ada di B2P2TOOT adalah Klinik Hortus Medicus. Ditilik dari akar katanya, hortus berarti tanaman dan medicus berarti obat, sehingga Hortus Medicus bisa diartikan kebun tanaman obat. Ya, klinik saintifikasi jamu milik B2P2TOOT ini memang diberi nama sama dengan kebun tanaman obat dan jamu. Berbeda dari klinik-klinik pengobatan pada umumnya, klinik Hortus Medicus adalah klinik yang memanfaatkan tanaman obat dan jamu untuk meresepkan obat untuk pasien-pasiennya. Melalui proses penelitian dan bukti-bukti ilmiah terkait keamanan dan khasiat tanaman obat kemudian diaplikasikan ke manusia/orang sebagai uji klinisnya. 

Sumber gambar: http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id/

Klinik Hortus Medicus merupakan suatu lembaga balai besar yang menjadikan klinik sebagai laboratorium dan penelitian. Didukung oleh laboratorium terpadu untuk meneliti tanaman obat, klinik ini sudah melaksanakan penelitian berbasis masyarakat sejak tahun 2007. Subjek penelitiannya adalah pasien yang datang ke klinik. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan, sudah dihasilkan 12 ramuan terstandar yang hasilnya sudah di-review oleh Komisi Saintifikasi Jamu Nasional. 

Klinik Hortus Medicus dan B2P2TOOT merupakan suatu lembaga balai besar. Selain itu kita menganggap klinik sebagai laboratorium dan penelitian kami. Selain laboratorium klinik, kami juga memiliki laboratorium terpadu yang meneliti tanaman obat. Jadi khusus untuk klinik Hortus Medicus jamu diresmikan oleh KEMENKES waktu itu tahun 2013. Tapi jauh dari itu kita sudah melaksanakan penelitian berbasis masyarakat/pelayanan terhadap masyarakat mulai tahun 2007. Sudah menerima pasien sebagai subjek penelitian. Dari penelitian sudah ada 12 ramuan terstandarisasi, hasilnya sudah di-review oleh Komisi Saintifikasi Jamu Nasional,” terang Akhmad Saikhu. 

Dokter-dokter di lingkungan Hortus Medicus adalah dokter yang sudah mendapatkan pelatihan dan mengikuti penelitian. Totalnya ada 590 dokter, ada yang aktif dan tidak aktif. Untuk bisa mendapatkan akses jamu atau obat herbal yang disediakan oleh klinik, dokter diwajibkan untuk melaporkan hasil pemakaian ramuan dari Hortus Medicus untuk dianalisis lebih lanjut. Tentunya penentuan jenis obat dilakukan oleh dokter. Dokter yang akan memilih, memilah, serta memberikan saran sesuai dengan kondisi pasiennya. Pasien dengan penyakit ringan, seperti hipertensi ringan atau gula ringan, cukup diberikan resep jamu. Namun jika penyakit yang diderita pasien berat dan penelitian ramuan jamu belum mengarah ke sana, jamu dijadikan sebagai komplemen atau terapi tambahan. 

Prinsip pengobatan di klinik Hortus Medicus adalah tidak mempertentangkan antara pengobatan modern dengan pengobatan melalui herba dan jamu karena keduanya memiliki karakter sendiri-sendiri. Keduanya bisa disinergikan sesuai dengan kondisi pasien dengan pertimbangan utama adalah keamanan pasien.

“Berdampingan antara yang modern dengan jamunya, saling bersinergi. Jenis pilihan jamu mana yang diberikan, nanti dokter sudah mengetahui, oh kemungkinan yang interaksinya jamu dan obat modern yang mana saja, yang tidak boleh itu semua sesuai dengan kondisi pasien. Prinsip utamanya adalah pasien safety. Sekiranya pasien kekeh misalkan menolak obat kimia tetep kita sebagai dokter harus memberikan penjelasan dulu kondisi sakitnya tuh begini. Misalkan, untuk kanker harus kita jelaskan bahwa penyakit kanker sekarang harusnya operasi ya harus operasi, kemo ya harus kemo, radioterapi ya radioterapi. Nah, jamunya nanti bisa sebagai pendamping untuk menghadapi kemo-nya biar tidak mual. Berdampingan tidak langsung menggantikan,” terang dr. Danang Ardianto, salah satu dokter yang bertugas di Klinik Hortus Medicus. 

Klinik Hortus Medicus

Pasien yang berkunjung ke Klinik Hortus Medicus memang didominasi oleh pasien setengah baya usia 40-60 tahun dengan penyakit degeneratif yang berhubungan dengan usia, misanya hipertensi, asam urat, kolesterol, dan radang sendi. Kebanyakan penyakit-penyakit tersebut memang membutuhkan terapi jangka panjang. Hal ini tentunya pas dengan penelitian ramuan yang dikembangkan oleh Hortus Medicus. 

“Fokus penelitian kita formulanya memang ke arah sana. Jadi, yang cocok memang resep jamunya ke arah sana. Kalau untuk penyakit infeksi atau penyakit emergency yang membutuhkan pertolongan cepat dan yang berhubungan dengan waktu, seperti mungkin bisa kolaborasi dengan obat modern, jamu memiliki peran yang lain untuk sisi sehatnya. Contohnya TBC, TBC nggak bisa diobati dengan jamu. TBC harus diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka panjang (6 bulan) itu bisa menimbulkan kerusakan hati, nah jamu bisa melindungi fungsi hati. Kurang nafsu makan jadi kurus, jamu bisa menambah nafsu makan, menambah daya tahan tubuhnya. Perannya gitu, sinerginya itu. Jadi tidak ditentangkan, kalau bisa integrasi kombinasi kerjasama dengan yang sudah ada, yang modern dan yang tradisional sama-sama berkembang” terang dr. Danang Ardiyanto, Koordinator Klinik Hortus Medicus.