Jamupedia

PDPOTJI, Dubes Jamu untuk Kedokteran Modern

"Jamu Indonesia seharusnya menjadi tuan di negerinya sendiri sebelum menjadi tamu di negara lain? (DR. Inggrid Tania, Ketua Umum PDPOTJI) "

Diterbitkan oleh : Farida  -  28/05/2021 18:07 WIB

3 Menit baca.

Perkembangan jamu Indonesia sebenarnya sudah sangat baik hingga saat ini. Selama Pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia, jamu Indonesia mampu diterima oleh masyarakat dengan baik. Masyarakat tidak sekedar percaya akan khasiat jamu tradisional, tetapi juga mulai percaya akan keamanan jamu untuk dikonsumsi. Selain itu, masyarakat juga secara sadar mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan jamu, khususnya tanaman obat yang dapat diolah menjadi jamu untuk dikonsumsi sendiri.

Meskipun demikian, bukan berarti perjalanan jamu tradisional mulus tanpa kendala apapun. Dewasa ini, persaingan jamu tradisional di Indonesia sangat ketat. Terlebih, aneka produk jamu asing juga mendapatkan tempat tersendiri di hati sebagian masyarakat. Dalam wawancara dengan Jamupedia, DR. Inggrid Tania, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengungkapkan bahwa jamu asing telah membanjiri pasaran Indonesia. Bahkan, beliau mengatakan bahwa produk jamu tradisional Cina mampu menguasai pasaran jamu Indonesia.

 

Sumber gambar: www.facebook.com

Kualitas jamu Indonesia sebenarnya tidak kalah dari jamu tradisional dari luar negeri. Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia untuk bahan jamu lebih banyak dibandingkan negara lainnya. Selain itu, DR. Inggrid juga menjelaskan bahwa keanekaragaman hayati yang tumbuh di Indonesia tentunya lebih cocok jika dikonsumsi oleh orang Indonesia karena adanya kesamaan genetika. Hal itulah yang perlu digaungkan kepada masyarakat untuk lebih memilih jamu Indonesia daripada jamu asing. 

Para pendahulu kita telah mengonsumsi jamu dan aneka ramuan tradisional secara turun temurun untuk menjaga kesehatan tubuh dan mengobati aneka jenis penyakit. Secara tidak langsung jamu tradisional Indonesia telah terbukti secara empirik mampu untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dan keamanannya pun sudah cukup terjamin.

 

 

“Akan tetapi, bukti khasiat dan keamanan secara empirik tidak cukup untuk mengikutsertakan jamu dalam pengobatan modern. Jamu harus tetap meningkatkan kualitasnya. Hal ini dikarenakan prinsip kedokteran modern berdasarkan pada pembuktian ilmiah. Agar dapat diakui , kualitas jamu harus terus ditingkatkan, salah satunya dengan proses uji pra klinis hingga uji klinis. Paling tidak, bahan baku jamu sudah terstandarisasi seperti halnya kanpo di Jepang” terang DR. Inggrid Tania. 

Dr. Inggrid mencontohkan bahwa Jepang telah melakukan standarisasi terhadap bahan baku obat tradisional, baik dalam bentuk simplisia maupun bahan herba lainnya. Dengan demikian, sudah diketahui persentase senyawa aktif yang terkandung dalam bahan-bahan tersebut. Jadi, bahan-bahan tersebut akan lebih stabil dan konstan khasiatnya. Tidak berubah sewaktu-waktu.

Tidak hanya itu, DR. Inggrid juga menambahkan bahwa Fakultas Kedokteran di Jepang memiliki kurikulum wajib berupa kanpo atau pengobatan dan obat tradisional Jepang. Jadi, kedokteran modern Jepang sudah tidak asing dengan obat dan pengobatan tradisional karena sejak masuk jenjang kuliah kedokteran mereka telah mendapat bekal tentang kanpo. Mereka tahu tingkat keamanan obat tradisional, tahu khasiatnya, cara pengolahannya, dan memiliki keterampilan untuk memberikan kanpo pada pasien mereka.

Hal itu tentunya berbeda dengan Fakultas Kedokteran di Indonesia.  Meskipun sudah banyak kedokteran modern yang membuka diri terhadap obat dan pengobatan tradisional, masih ada juga yang antipati terhadap jamu tradisional. Untuk itu, PDPOTJI selaku pegiat dan pemerhati obat dan jamu tradisional selalu berusaha mengembangkan obat dan jamu tradisional untuk dapat diterima kedokteran modern.

PDPOTJI memiliki beberapa program, antara lain penelitian, pengabdian masyarakat, dan upaya regulasi untuk perkembangan jamu. Penelitian yang dilakukan oleh PDPOTJI berupa uji klinik terhadap obat dan jamu tradisional. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data ilmiah berkaitan dengan senyawa aktif, khasiat, dan tingkat keamanannya.

Program PDPOTJI selanjutnya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat berkaitan dengan obat dan jamu tradisional. Selain memberikan edukasi kepada masyarakat, PDPOTJI juga memberikan penyuluhan terhadap pemilik industri jamu tradisional rumahan, baik dilakukan secara langsung maupun melalui media online seperti instagram dan webinar.

PDPOTJI juga mengupayakan regulasi-regulasi terhadap obat dan jamu tradisional agar mendapatkan efek positif bagi perkembangan jamu Indonesia. Langkah regulasi yang diambil oleh PDPOTJI dilakukan agar dokter dapat memberikan jamu atau obat tradisional kepada pasiennya sebagai bentuk pengobatan.

Jika jamu atau obat tradisional sudah dapat diterima oleh masyarakat dan dokter. Besar kemungkinan jamu Indonesia dapat menjadi tuan di negeri sendiri dan layak untuk menjadi tamu di negara lain. Bahkan, jamu Indonesia dapat bersaing dengan TCM di Cina, ayurveda di India, atau ginseng di Korea.