Jamupedia

Lakukan Edukasi Petani hingga Tentukan Standar Sendiri

"Hasil terbaik lahir dari proses terbaik. Dalam hal penanaman tanaman obat, proses ini tidak hanya dimulai dari pemilihan benih terbaik tetapi juga ilmu dan pengetahuan yang memadai dari para petaninya."

Diterbitkan oleh : Kurnia HD  -  20/05/2020 22:05 WIB

3 Menit baca.

Dalam penyediaan bahan baku tanaman obat dan jamu, B2P2TOOT bekerja sama dengan petani di luar kelembagaan B2P2TOOT. Petani menjadi penyuplai bahan baku tanaman obat dan jamu yang nantinya akan dimanfaatkan oleh B2P2TOOT untuk penelitian dan pengobatan. Untuk mendapatkan hasil panen terbaik, B2P2TOOT memberikan edukasi kepada para petani penyuplai secara berkesinambungan meskipun belum menyeluruh.  

Sumber gambar: https://www.instagram.com/b2p2toot_kemenkes/

“Bagaimana cara membuat tanaman yang baik, istilahnya ada good agriculture practice-nya itu terpenuhi. Dari good agriculture practice, handlingnya, processingnya GMP nya sampai CPTB, tapi kita belum sampai sana, itu biasanya ada di industri.” Tutur Akhmad Saikhu ketika menjelaskan edukasi yang dilakukan kepada petani. 

Hasil panen tanaman obat dan jamu dari petani dimanfaatkan untuk keperluan internal B2P2TOOT. Sampai saat ini, hasil panen belum dilempar keluar untuk menyuplai pasar atau industri yang membutuhkan. Namun jika ada pihak yang membutuhkan, mereka bisa menghubungi petani binaan. Pihak B2P2TOOT memberikan kebebasan kepada para petani binaan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Meski pada praktiknya, harga yang dipatok oleh B2P2TOOT lebih tinggi dari harga pasar. 

Pensortiran hasil panen tanaman obat dan jamu dari petani

“Jadi, budidaya kita lakukan sendiri, memanfaatkan hasilnya sendiri, kita tidak menyuplai ke tempat lain seperti pasar atau industri. Namun, jika mereka membutuhkan, mereka bisa menghubungi petani binaan. Selain memenuhi kebutuhan kami silahkan memenuhi kebutuhan pasar, kita memberi kebebasan kepada petani binaan itu. Walaupun pada praktiknya harga dari kami memang lebih tinggi dari harga pasar” Ungkap Akhmad Saikhu. 

B2P2TOOT sangat ketat dalam menyeleksi hasil panen tanaman obat dan jamu dari petani binaan. Hanya hasil panen yang sesuai dengan standar yang ditetapkan B2P2TOOT saja yang diterima. Biasanya, jika ada hasil panen yang tidak sesuai standar, penyebabnya karena waktu panennya terlalu lambat atau terlalu lama sehingga menurunkan atau menghilangkan kandungannya. 

“kita pilih hasil produksi yang sesuai standar yang sudah kita tentukan. Kalau tidak sesuai standar kita tolak. Mungkin panennya terlalu lambat, atau terlalu lama, kandunganya bisa saja turun atau tidak ada sama sekali di tanaman tersebut”

Pengujian kandungan kurkumin hasil panen
https://web.facebook.com/SaintifikasiJamu

B2P2TOOT akan melakukan pengujian terhadap hasil panen yang disetorkan oleh petani binaan. Contohnya, temulawak seharusnya memiliki kandungan kurkumin 1,5. Saat petani menyetorkan hasil panennya, B2P2TOOT akan mengambil sampling untuk diuji kandungannya. Jika kandungannya sesuai dengan standar akan diterima oleh B2P2TOOT. Jika kandungannya tidak memenuhi standar, dipersilahkan untuk dijual di tempat lain. 

“Contohnya, temulawak itu memiliki kandungan kurkumin 1.5, nah itu kita tes dulu. Biasanya kita sampling satu biji dan dites dulu di sini. Kalau kandungan sesuai standar kita terima, kalau enggak ya silahkan dijual di tempat lain. Ujar Akhmad Saikhu. 

Hal ini dilakukan karena B2P2TOOT tidak ingin bermain-main dengan formula yang ditentukan. Formula yang ditentukan sudah melewati penelitian. Langkahnya harus sesuai standar, bahannya juga sudah distandarisasi, prosesnya  juga harus sesuai dengan standar, pun hasil akhirnya juga harus sesuai standar yang ditentukan.