Dari Nguter Jamu Menyebar
"Memasuki kota Sukoharjo, kita akan disambut Patung Jamu Gendong, salah satu ikon yang menunjukkan jika Sukoharjo adalah kota jamu. Melaju terus ke arah Wonogiri, kita akan segera berjumpa jajaran toko jamu dan sejumlah gapura bertuliskan Kampung Jamu Nguter. Inilah Nguter, tempat tinggal ratusan produsen jamu. "Diterbitkan oleh : Farida - 28/05/2021 18:35 WIB
3 Menit baca.
Nguter, Sukoharjo, terkenal sebagai sentra industri jamu. Mulai dari jamu gendong hingga jamu pabrikan yang diproduksi massal dengan merk tertentu. Dari Nguter, jamu-jamu itu diedarkan ke seluruh pelosok Nusantara. Dikutip dari merdeka.com, sebagian masyarakat Nguter telah eksis meracik jamu sejak zaman Mataram Kuno.
Awalnya, banyak industri jamu rumahan yang muncul di Desa Nguter meski belum mengantongi izin edar. Pada tahun 1994, terbentuk Pra Koperasi yang berusaha memfasilitasi pengusaha jamu tradisional untuk mendapatkan izin edar. Tahun 1995, koperasi tersebut telah berbadan hukum dan semakin giat mendorong pengusaha untuk memproses perizinan produk.
Kehadiran koperasi mendorong pengusaha jamu untuk memproses izin edar bagi pengusaha yang dinilai sudah mampu memproduksi jamu secara massal. Bagi pengusaha yang belum mampu, koperasi mendorong para pengusaha untuk tetap produktif dengan berjualan bahan baku dan menjual produk dari pengusaha yang telah memiliki izin edar.
Meskipun telah berproses cukup lama, eksistensi Nguter sebagai sentra jamu tradisional hanya terdengar oleh kalangan tertentu. Banyak masyarakat di sekitar Kota Sukoharjo tidak tahu tentang hal itu. Baru ketika akhirnya tahun 2012 pemerintah pusat menetapkan Nguter sebagai kampung jamu, nama Nguter sebagai sentra jamu mulai banyak dikenal oleh masyarakat luas. Perekonomian desa pun meningkat pesat. Hingga 2015 silam Pasar Nguter diresmikan sebagai Pasar Jamu Nguter.
Ketenaran Nguter sebagai desa sentra jamu juga tak lepas dari peran mbok jamu. Tidak sedikit mbok jamu Nguter hijrah ke berbagai kota untuk mengadu nasib. Di kota-kota yang mereka datangi tersebut, mereka bekerja sebagai penjual jamu gendong. Perpindahan ini otomatis membawa serta tradisi minum jamu dan secara tidak langsung ikut mempromosikan Nguter sebagai sentra jamu tradisional Indonesia.
Mbok jamu sangat identik dengan kebaya dan kain jarik. Identitas tersebut mereka bawa dari desa hingga Ibu Kota dan kota-kota besar lainnya. Mereka secara tidak langsung menjadi agen budaya dan tradisi minum jamu. Setiap hari, mbok jamu berkeliling menjajakan jamu dengan rute yang sama dan jenis jamu yang juga sama.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak anak-anak muda yang mulai tertarik menjajakan jamu keliling. Mereka menanggalkan kebaya dan menggantinya dengan pakaian casual yang dinilai lebih praktis untuk berkeliling menjajakan jamu.Selain kebaya dan kain jarik, tenggok mbok jamu pun mulai ditinggalkan karena alasan kepraktisan.
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo terus mendukung pengusaha jamu tradisional dengan memberikan fasilitas perlengkapan berjualan jamu. Fasilitas tersebut, antara lain sepeda ontel, kotak jamu, botol, dan lain sebagainya. Selain mendapat fasilitas dari Pemkab Sukoharjo, mereka juga memperoleh pembekalan dari KOJAI (Koperasi Jamu Indonesia) dan dinas terkait dalam hal peningkatan kualitas produksi. Pembekalan perlu dilakukan untuk menghasilkan produk jamu berkualitas. Tak lupa, pembekalan pemasaran dilakukan karena pengusaha jamu tradisional harus bersaing dengan penjualan jamu di dunia maya.
Hal tersebut menjadi tantangan baru bagi para pengusaha jamu tradisional. Bagi pengusaha yang melek teknologi, media sosial menjadi sarana pemasaran yang cukup efektif. Akan tetapi, bagi sebagian lainnya, media sosial menjadi bukti persaingan nyata dalam hal pemasaran karena media sosial memiliki jangkauan yang cukup luas dibandingkan dengan penjual jamu gendong konvensional yang sangat terbatas pada daerah yang dikunjungi saja.
Sumber gambar: jamusukoharjo.wordpress.com
Didampingi oleh KOJAI, pengusaha jamu tradisional Nguter mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam kualitas produk. Kualitas rasa dan tingkat kebersihan jamu gendong menjadi patokan kepuasan pelanggan. KOJAI sebagai koperasi jamu selalu mendampingi mereka untuk tetap produktif di tengah kemajuan zaman.
Letak sekretariat KOJAI yang sangat dekat dengan pengusaha jamu sekitar menumbuhkan keterikatan tidak tertulis yang cukup kuat. KOJAI selalu berusaha untuk membantu segala macam jenis masalah yang dihadapi oleh pengusaha jamu tradisional dan pabrikan. Selain itu, KOJAI juga selalu mengingatkan pengusaha untuk menghindari BKO dalam proses pembuatan jamu.
Pedagang jamu selalu disarankan untuk melakukan kreasi dan inovasi dari resep yang telah diwariskan secara turun-temurun. Akhirnya, rasa dari setiap penjual jamu pun berbeda karena mereka memiliki taste masing-masing. Kreasi dan inovasi ini diperbolehkan asalkan penjual tidak menggunakan bahan kimia obat atau BKO pada produknya.
Jamu di Nguter terus berkembang baik. Kualitas jamu meningkat dan selalu dijaga agar bebas rayuan BKO. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mulai menggalakan lagi hari minum jamu setiap jumat pagi untuk memasyarakatkan jamu. Dari Nguter jamu terus diuri-uri. Dari Nguter jamu terus dijaga sebagai warisan nenek moyang yang bisa diandalkan setiap saat layaknya TCM di Cina, Ayurveda di India, dan Ginseng di Korea.