Jamupedia

Pegagan

Pegagan memiliki nama ilmiah Centella Asiatica. Tanaman yang tumbuh liar di ladang, perkebunan, tepi jalan, atau pun pekarangan ini berasal dari Asia Tropik. Di Indonesia pegagan dikenal dengan berbagai nama, seperti pegaga, daun kaki kuda, daun pengaga, atau pegago (Sumatera); antanan cowet gompeng, gagan-gagan, panigowang, atau caling rambat (Jawa), bebela atau paiduh (Nusa Tenggara), wisu-wisu atau kisu-kisu (Sulawesi), dan dogauke (Papua).

 

Selain di Indonesia, pegagan juga ditemukan di beberapa Negara lainnya. Di wilayah India dan Sri Lanka pegagan dikenal dengan nama Gotu Kola. Di Cina tanaman ini dikenal dengan nama Ji Xue Cao dan erat dengan kepercayaan masyarakat Cina untuk memperpanjang umur. Di Belanda pegagan dikenal dengan nama Paardevoet. Di Perancis pegagan dikenal dengan nama Bevilaque, hydrocote d’Asie, Cotyiole Asiatique dan sudah ditetapkan sebagai tanaman obat sejak tahun 1884. Di berbagai negara pegagan sudah dimanfaatkan secara turun menurun sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit.

Klasifikasi tanaman pegagan

Divisi                            : Magnoliophyta

Kelas                            :Magnoliopsida

Subkelas                     :Rosidae

Bangsa                        :Apiales

Suku                             :Apiaceae

Marga                           :Centella

Jenis                             :Centella Asiatica (L) Urban

 

 

Morfologi tanaman pegagan

Pegagan merupakan tumbuhan herba tahunan yang tumbuh menjalar dan memiliki rimpang berukuran pendek. Daunnya merupakan daun tunggal, tersusun dalam bentuk roset yang terdiri dari 2-10 lembaran daun. Bentuk daunnya menyerupai ginjal manusia, lebar, dan bundar dengan garis tengah sampai 10 cm. Pinggir daunnya beringgit dan bergerigi. Tangkai daun pada bagian pelepah melekuk ke dalam dan melebar membentuk seperti pelepah. Tangkai daunnya memiliki panjang hingga 40 cm. Bunganya berbentuk payung tunggal, biasanya tersusun 3 bunga. Tangkai bunga panjangnya 5-50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Daun pelindung berjumlah 2 dan panjangnya 3-4 mm berbentuk telur. Pegagan memiliki batang yang pendek sehingga sering dianggap tidak memiliki batang. Dari batangnya tumbuh geragih atau stolon yang melata di permukaan tanah dan berbuku-buku. Dari buku yang menyentuh tanah tersebut keluar akar dan tunas yang tumbuh menjadi tanaman baru.

Tempat tumbuh dan perbanyakan

Pegagan tumbuh di wilayah dengan ketinggian 0-2500 mdpl di lingkungan yang agak lembap, baik terkena sinar matahari penuh ataupun tempat terlindung. Tanaman yang berasal dari Asia ini sering ditemukan tumbuh liar di padang rumput, tepi kebun, sawah, bahkan tumbuh liar di pekarangan. Pegagan dapat diperbanyak dengan cara memindahkan sebagian tanaman berikut akarnya yang masih berbalut tanah.

Pegagan menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar matahari atau agak terlindung. Umumnya tanaman pegagan dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai dengan dataran dengan ketinggian 2.500 mdpl.

Pegagan dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Jika diperbanyak dengan cara generatif, benih yang akan ditanam harus sudah berstolon dan minimal memiliki dua tunas. Benih juga harus berasal dari induk yang telah berumur minimal satu tahun. Meski bisa diperbanyak dengan biji, cara umum yang banyak digunakan untuk memperbanyak pegagan adalah dengan cara vegetatif, yakni dengan menggunakan stolon atau tunas anakannya.

Kandungan dan khasiat

Pegagan mengandung asiaticoside, thankusinide, isothankusinide, medacassoside, brahmoside, bhrahmi acid, madasiatic acid, meso-inisitol, centellose, karotenoid, garam-garam mineral, vallarine, dan zat samak. Tanaman ini merupakan tumbuhan sejenis Ginko Biloba, bahkan lebih banyak khasiatnya. Suatu penelitian membuktikan bahwa pegagan mampu meningkatkan kemampuan saraf memori. Dalam ilmu farmasi pegagan juga dikenal sebagai Folia Hidrocotyles, yang dipercaya bisa meningkatkan ketahanan tubuh, mencuci darah, dan memperlancar keluarnya air seni (diuretic) (Suryo, 2010).

Pemanfaatan pegagan untuk kesehatan juga sudah dilakukan di negara-negara lain sejak lama. Di Cina sudah sejak lama pegagan dipakai sebagai tonikum, sedangkan di Malaysia pegagan digunakan sebagai obat bronchitis, asma, pengeluaran getah lambung yang berlebihan (maag), keputihan, gangguan ginjal, serta radang saluran kencing. Di wilayah timur Eropa pegagan digunakan untuk menyembuhkan penyakit lepra dan TB, penggunaannya dengan cara mengikis zat semacam lilin yang melindungi bakteri sehingga bersamaan dengan obat akan lebih mudah untuk membasmi penyakit tersebut.

 

Sumber gambar: lifepack.id

Pegagan untuk pengobatan

Kandungan yang ada pada pegagan berkhasiat untuk membantu menyembuhkan berbagai penyakit. Berikut ini adalah pemanfaatan pegagan untuk pengobatan.

  1. Wasir

Ambillah tanaman pegagan berikut akarnya sebanyak lima tanaman. Bersihkan kemudian potong-potong. Masukkan potongan tanaman ke dalam wadah berisi secangkir air panas, didihkan selama lima menit. Dinginkan airnya lalu minum sedikit demi sedikit. Satu cangkir ramuan untuk diminum satu hari.

  1. Pembengkakan hati/liver

Ambillan 240-600 gram pegagan segar, cuci bersih. Rebus bahan tersebut dengan air secukupnya kemudian minum secara rutin.

  1. Bisul, digigit ular, luka berdarah

Ambillah tanaman pegagan segar, tumbuk atau lumatkan hingga halus kemudian tempelkan pada bagian tubuh yang sakit.

  1. Darah tinggi.

Rebus 20 lembar daun pegagan dengan 3 gelas air. Biarkan hingga airnya tersisa ¾ -nya. Minum rebusan tersebut 3 kali sehari masing-maing ¾ gelas