Jamupedia

Jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat yang berasal dari Asia pasifik dan tersebar dari India sampai ke Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa pertama yang memanfaatkan jahe untuk minuman, bumbu masakan, dan obat-obatan. Ada dua jenis jahe yang lazim dimanfaatkan dalam khasanah pengobatan tradisional: jahe merah  (Zingiber officinale var. Rubrum) dan jahe putih (Zingiber officinale var. Amarum). Jahe putih dikelompokkan lagi menjadi dua, yakni jahe badak atau jahe gajah dan jahe emprit atau jahe sunti. Pengelompokan tersebut didasarkan pada bentuk, ukuran, dan warna rimpang. Di Indonesia, jahe dikenal dengan berbagai nama: halia (Aceh), bahing (Batak Karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatra Barat), jahi (Lampung), Jae (Jawa), jahe (Sunda), jhai (Madura), pase (Bugis), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dan lali (Papua). Di dunia internasional, jahe dikenal dengan nama chiang p’l, khan ciang (Cina), gengibre (Spanyol), Ingefaera (Swedia), imbir (Rusia), halia (Malaysia), sanyabil (Arab), zensero (Italia), dan ginger (Inggris).

 

 

Klasifikasi tanaman jahe

Kingdom              : Plantae

Divisi                      : Spermatophyta

Subdivisi              : Angiospermae

Kelas                     : Monocotyledonae

Famili                    : Zingiberaceae

Genus                   : Zingiber

Spesies                 : Zingiber officinale Rosc.

Jenis Jahe

Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya, jahe dibedakan menjadi tiga.

  1. Jahe gajah

Jahe gajah atau jahe badak merupakan jahe yang berwarna putih/kuning dan memiliki ukuran rimpang lebih besar dan gemuk. Ruas rimpang jahe gajah lebih menggembung dari kedua varietas jahe lainnya. Jenis jahe ini dipanen dan dimanfaatkan saat rimpangnya sudah tua, baik sebagai jahe segar maupun sebagai jahe olahan.

Sumber gambar: https://sentrapertanian.blogspot.com/
  1. Jahe sunti atau jahe emprit

Jahe sunti atau jahe emprit merupakan jahe yang berwarna putih/kuning dan memiliki ukuran rimpang yang kecil. Ruas rimpangnya kecil, rata atau sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen ketika sudah tua. Jika dibandingkan dengan jahe gajah, kandungan minyak atsiri jahe sunti lebih banyak sehingga rasanya lebih pedas dan seratnya lebih tinggi. Jenis jahe ini cocok dimanfaatkan sebagai ramuan obat-obatan atau diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

Sumber gambar: https://review.bukalapak.com/
  1. Jahe merah

Jahe merah memiliki rimpang yang berwana merah. Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan dua jenis lainnya.Jahe merah juga selalu dipanen ketika sudah tua. Kandungan minyak atsirinya sama banyaknya dengan jahe sunti sehingga cocok juga dimanfaatkan untuk ramuan obat-obatan. Jahe merah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu tradisional. Umumnya jahe merah dipasarkan dalam bentuk segar maupun kering.

Sumber gambar: https://samarinda.prokal.co/

Morfologi tanaman jahe

Jahe merupakan tanaman berbatang semu yang memiliki ketinggian sekitar 30 cm sampai dengan 1 meter. Batangnya tegak, tidak bercabang, dan tersusun atas lembaran pelepah daun. Daunnya berwarna hijau dengan warna pangkal batang kemerahan. Akarnya berbentuk bulat, ramping, berserat, dan berwarna putih atau coklat terang. Tanaman jahe memiliki bunga majemuk yang muncul di permukaan tanah, berbentuk bulat telur yang sempit, dan sangat tajam. Tanaman jahe membentuk rimpang, ukurannya berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada umumnya, bentuk rimpangnya gemuk, agak pipih, dan berbuku-buku. Daging rimpang terbungkus kulit agak tebal dan mudah dikelupas.

Sumber gambar: https://www.dr.hauschka.com/

Jika dibandingkan dengan jahe gajah dan jahe sunti, jahe merah memiliki rimpang yang lebih kecil, ramping, tidak mengandung banyak air, berwarna merah atau jingga, dan rasanya pedas. Daunnya tersusun berselang seling secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau  (gelap) dibandingkan kedua jenis jahe lainnya. Rimpang jahenya berwarna merah hingga jingga muda.

Tempat tumbuh dan perbanyakan

Jahe dapat tumbuh di seluruh Indonesia, tanaman ini biasa ditanam di kebun atau pekarangan rumah. Saat ini, jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, dan Pakistan. Negara terbesar penghasil jahe adalah India. Sementara itu jahe kualitas terbaik berasal dari Jamaika.

Tanaman Jahe dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan ketinggian antara  0-2.000 mdpl, memiliki curah hujan relatif tinggi antara 2.500-4.000 mm/tahun. Jahe cocok ditanam di wilayah terbuka dengan pencahayaan matahari yang cukup, sebab saat umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih jahe memerlukan sinar matahari. Suhu udara yang cocok untuk penanaman jahe adalah 20-35 derajat celcius. Jahe ditanaman pada tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung humus. Jenis tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir, dan tanah laterik. Jahe dapat dibudidayakan dengan rimpang atau pemisahan sebagian anakan rumpunnya. Cara memperbanyak jahe dengan rimpang adalah dengan memotong rimpangnya. Setiap potongan rimpang, minimal sudah miliki 2 mata tunas.

https://pengetahuanbertani.blogspot.com/

Kandungan dan khasiat

Ketiga jenis jahe diatas memiliki karakteristik yang berbeda. Begitupun kandungan dan manfaatnya. Jahe gajah memiliki aroma dan rasa yang tidak begitu tajam sehingga banyak digunakan untuk bumbu masakan atau olahan permen dan asinan. Jahe emprit memiliki aroma yang lebih tajam dari jahe gajah, banyak digunakan sebagai rempah-rempah, penyedap masakan, bahan baku pembuatan minuman jahe, dan diambil minyak atsirinya. Jahe merah yang memiliki lebih banyak keunggulan darisegi kandungan senyawa kiminya, banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan obat tradisinonal, seperti obat pencernaan, kembung, sakit kepala, sakit kerongkongan, mulas, dan batuk. Hal ini dikarenakan di jahe merah mengandung zat gingerol, oleoresin dan minyak atsiri yang tinggi.

Minyak atsir jahe termasuk jenis minyak atsiri yang mudah menguap dan memiliki aroma yang khas. Minyak atsiri pada jahe terdiri dari Zingiberol, Zingiberen, n-nonyl aldehida, d-champem, d-bphellandren, methyl heptanon, sineol, stral, borneol, linalool, asetat, kapilat, penol, dan chavicol. Jahe juga mengandung oleoresin yang lebih banyak mengandung komponen-komponen non-volatil yang meupakan pembentuk zat pedas pada jahe. Semakin tua umur rimpang jahe, semakin tinggi pula kandungan oleoresin-nya. Senyawa fenolyang terkandung pada jahe memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli.

Lidah masyarakat Indonesia sudah familiar dengan rasa jahe. Oleh karena itu, banyak industri yang memanfaatkannya, seperti industri minuman (sirup jahe, serbuk atau minuman instan jahe), industri makanan (manisan jahe, asinan jahe, enting-enting, kue dan roti jahe, permen jahe), industri kosmetik (parfum), industro obat tradisional atau jamu, dan industri bumbu dapur.

Masyarakat Indonesia sudah sangat familiar dengan rasa dan aroma jahe. Rimpang jahe umum dimanfaatkan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan (seperti kue, roti, biskuit, permen,enting-enting, dll),bahan baku olahan jahe (asinan, acar, permen, dll), bahan baku minuman jahe (sirup jahe, serbuk atau minuman instan jahe, wedang ronde, wedang jahe, bandrek, dll). Jahe juga dimanfaatkan pada industi obat, minyak wangi, dan industri jamu tradisional.  Dewasa ini para petani juga memanfaatkan jahe sebagai pestisida alami.

Efek farmakologi jahe adalah sifat karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, antiinflamasi,  anti mikoba dan parasit, anti piretik, anti rematik, merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang terdiri atas n-nonylaldehide, d-champene, d-B (beta)-phellandrene, methyl heptenone, cineol, d-borneol, geraniol, lonalool, acetates, caprylate, citral, chavicol, gengerol, shogaol, dan zingiberane. Selain minyak atsiri tersebut, juga terkandung  resin tepung kanji dan serat.

Jahe untuk pengobatan

  1. Rematik
  • Siapkan 1-2 buah rimpang jahe. Panaskan rimpang tersebut di atas api atau bara, kemudian tumbuk. Tempelkan tumbukan jahe tersebut pada bagian tubuh yang sakit rematik.
  1. Luka karena lecet, ditikam benda tajam, terkena duri, jatuh, serta gigitan ular
  • Tumbuk jahe merah dan tambahkan sedikit garam. Letakkan hasil tumbukan pada bagian tubuh yang terluka.
  1. Eksim
  • Parutlah lobak kemudian campur dengan air jahe. Air jahe diperoleh dengan cara memarut jahe dan mengambil perasan airnya. Oleskan pada bagian tubuh yang terkena eksim. Lakukan selama dua minggu.
  1. Saraf muka yang sakit
  • Bahan yang diperlukan adalah kentang, tepung terigu, dan jahe. Caranya, parut kentang, tambahkan tepung terigu dan bubuk jahe. Kemudian tambahkan sedikit air hangat, tempelkan ramuan pada bagian muka yang sakit. Lakukan pengobatan ini hingga bagian yang sakit sembuh kembali.