Jamupedia

Cobain Deh! Jamu Ginggang Sebagai Alternatif Wisata Yogyakarta

"Berwisata di Jamu Ginggang untuk mencicipi jamu yang dibuat secara tradisional. Meminum jamu di Jamu Ginggang bisa dibilang mencicipi jamu para bangsawan."

Diterbitkan oleh : Farida  -  23/05/2022 09:38 WIB

3 Menit baca.

Wisata Yogyakarta bisa dibilang menjadi salah satu yang terfavorit di Indonesia. Berbagai tempat bersejarah, wisata alam, wisata kreatif, lengkap ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kali ini Jamupedia akan merekomendasikan destinasi wisata yang tak biasa, yakni ke Jamu Ginggang sebagai alternatif Wisata Yogyakarta.

Jamu Ginggang merupakan kedai jamu dengan nuansa klasik.  Berlokasi di Jalan Masjid No.32, Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta, Jamu Ginggang merupakan bisnis jamu yang sudah ada sejak tahun 1950-an.

Berkunjung ke Jamu Ginggang kita akan disuguhi bangunan rumah bernuansa klasik. Kursi dan meja kayu ditata rapi bak rumah pegawai periode 1950-an. Imajinasi kita akan semakin diajak berfantasi ke zaman dulu dengan hiasan-hiasan dinding berupa media zaman dahulu. 

 

Resep Jamu Untuk Para Bangsawan

Seperti namanya, di Jamu Ginggang kita akan disuguhi berbagai menu jamu. Bukan menu jamu biasa, Jamu Ginggang memiliki sejarah panjang dan bisa dibilang salah satu yang terpopuler dan kedai jamu melegenda di Yogyakarta.

Dikutip dari liputan yang dimuat di laman harianjogja.com, Jamu Ginggang kini sudah diwariskan ke generasi kelima. Untuk menjaga orisinalitas produk dan agar khasiatnya tetap terjaga, pengelola Jamu Ginggang tetap menggunakan cara tradisional untuk membuat jamu. Semua bahan baku ditumbuk secara manual. Hal itu diungkap oleh Rudi Supriyadi, generasi kelima pengelola Jamu Ginggang.

Menu jamu di Jamu Ginggang sangat bermacam-macam. Pada 2019, laman detik.com menyebut ada 45 menu. Semua menu itu dibagi dalam tiga kategori, Jamu Biasa, Jamu Telor, dan Minuman Dingin. Beberapa menu yang tersedia antara lain, beras kencur, kunyit asam, uyup-uyup, galian putri, temulawak, dan masih banyak lagi. Bagi teman-teman yang penasaran dengan rasa menu-menu jamu tersebut jika ditambah telur bisa mencobanya di Jamu Ginggang.

Resep awal Jamu Ginggang berasal dari abdi dalem tabib khusus keluarga Kadipaten Pakualaman. Setelah mendapat izin dari Pakualaman, abdi dalem tersebut mulai menjual jamu dengan resep yang biasanya hanya diminum keluarga kerajaan. Kalau teman-teman ingin mencicipi jamu yang dulunya diminum para bangsawan, Jamu Ginggang tempatnya.

Memikat Wisatawan Nasional dan Internasional

Jamu Ginggang buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga 20.00 WIB. Popularitas Jamu Ginggang tak hanya di seantero Yogyakarta. Dimuat dalam laman Detik.com yang rilis  pada 2010 silam, Jamu Ginggang kerap dikunjungi wisatawan lokal dari Jakarta, Surabaya, Magelang, bahkan ada juga yang dari luar Pulau Jawa.

Kurang lebih 11 tahun berselang,  Rudi mengungkapkan kini wisatawan yang berkunjung ke Jamu Ginggang tak hanya wisatawan lokal.  Menurut Rudi, sebelum pandemi terjadi, bule hilir mudik ke Jamu Ginggang adalah hal biasa, namun semuanya berubah setelah pandemi terjadi. 

Kini, selain minum di tempat, Jamu Ginggang juga menyediakan menu bubuk yang bisa diseduh sesuai keinginan. Selain datang ke Jamu Ginggang, wisatawan yang ingin mencicipi jamu tetapi terlalu lelah untuk beranjak dari hotel, bisa memanfaatkan layanan pesan antar melalui ojek online. 

Meski pariwisata kini sedang surut karena efek pandemi, Jamu Ginggang malah mendapatkan berkah. Olahan jamu yang berguna untuk menjaga imunitas tubuh ini ramai dipesan masyarakat. Seperti laporan Kapanlagi.com pada November 2020, diungkapkan pada awal pandemi Jamu Ginggang malah mengalami peningkatan penjualan. Olahan jamu seperti kunyit asam dan beras kencur menjadi idola masyarakat untuk menjaga kekebalan tubuh. Pengelola Jamu Ginggang mengaku dalam sehari bisa menjual 100 hingga 200 gelas jamu.